Kamis, 05 Agustus 2010

disclouser

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan tersebut. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospectus.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan biasanya menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi ; aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian serta arus kas. Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khusunya dalam hal waktu dan kepastian yang diperoleh kas dan setara kas.
Agar hal tersebut dapat dicapai maka diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi dan informasi lainnya yang relevan. Misalnya kepada siapa informasi keuangan disajikan, apa yang perlu diungkapkann tujuan pengungkapan dan bagaimana informasi tersebut diungkapkan merupakan bagian penting dalam pelaporan keuangan.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam makalah ini dapat diungkapkan sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Disclosure?
b. Bagaimana pengungkapan dalam Laporan keuangan?
c. Informasi-informasi apa saja yang diungkapkan dalam Laporan keuangan?
d. Bagaimana hubungan Disclosure dengan Stewardship?

1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian mengenai Disclosure.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan (Disclosure) dalam laporan keuangan.
c. Untuk mengetahui mengenai informasi-informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
d. Untuk mengetahui hubungan antara Disclosure dengan Stewardship.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disclosure
Kata Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, maka tujuan dari pengungkapan (Disclosure) tersebut tidak akan tercapai.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, Disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha. Dengan demikian informasi yang diungkapkan harus jelas, lengkap dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pengungkapan yang cukup (Adequate)
Disclosure yang minimal harus ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak menyesatkan.
2. Wajar (Fair Disclosure)
Tersirat tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang merupakan pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.
3. Lengkap (Full)
Berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak tepat. Informasi yang berlebih-lebihan adalah berbahaya karena penyajian informasi dengan detail terlalu banyak justru akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan menjadi sukar diinterpretasikan.
Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (Adequate).

2.2 Pengungkapan (Disclosure) dalam Laporan Keuangan
Tujuan yang positif dari Disclosure adalah untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik. Ini berarti bahwa informasi yang tidak material atau relevan harus diabaikan apabila kita mengaharapkan bahwa informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.
Sejalan dengan tujuan dasar akuntansi, salah satu tujuan yang dicapainya adalah penyajian informasi yang cukup sehingga perbandingan dari hasil yang diharapkan dapat dilakukan. Kemungkinan membandingkan (comparability) dapat dicapai dengan dua cara, yaitu :
1. Dengan Penyajian Disclosure yang cukup mengenai bagaimana angka-angka akuntansi diukur dan dihitung.
2. Dengan memberikan kemungkinan kepada investor untuk melakukan rangkai dari berbagai masukan kedalam decision models-nya.
Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor, dan kreditur. Disamping ketiga pihak tersebut, pengungkapan juga diberikan kepada pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat umum, tetapi pihak-pihak ini dipandang sebagai penerima kedua dari laporan keuangan dan bentuk-bentuk lain pengungkapan.
Masalah yang berkaitan dengan seberapa banyak informasi perlu disajikan dalam laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh tujuan pelaporan keuangan. Dalam SFAC No. 1 FASB (1980) menyebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan. Dengan kata lain cakupan pelaporan keuangan adalah lebih luas dibandingkan dengan laporan keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No.1 adalah sebagai berikut :
• Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa lainnya secara rasional. Informasi tersebut bersifat komprehensif.
• Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan dan ketidak pastian tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan.
• Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, kalim terhadap sumber-sumber tersebut dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang hasil usaha suatu perusahan selama periode tertentu.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh dan membelanjakan kas, pinjaman dan pembayarannya, transaksi modal, termasuk deviden dan distribusi lainnya terhadap sumber ekonomi perusahaan kepada pemilik serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan solvensi perusahaan.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakain sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan pemilik.
Dari tujuan pelaporan diatas apabila transaksi/peristiwa memenuhi kriteria tertentu, maka transaksi/peristiwa tersebut akan disajikan sebagai bagian dari laporan keuangan dasar (utama) yaitu, disajikan dalam Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Modal.
Kriteria untuk mengakui teransaksi atau peristiwa tertentu dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Definisi (Definition)
Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen laporan keuangan.
2. Keterukuran (Measurability)
Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi.
3. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan keuangan.
4. Reliabilitas (ReliabilityI)
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau direpresentasikan serta dapat diuji kebenarannya (verifiable) dan netral.

2.3 Informasi-Informasi Yang Diungkapkan Dalam Laporan Kueangan
Apabila suatu transaksi/peristiwa tertentu tudak dapat dimasukkan sebagai bagian dari Laporan Keuangan Utama, maka transaksi/peristiwa tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain.
Pengungkapan Data Kuantitatif
Dalam memilih kriteria untuk menentukkan data kuantitatif yang material dan relevan untuk investor dan kreditor, tekanannya ditujukkan pada informasi keuangan atau data lainnya yang bisa dipergunakan dalam model keputusan. Penelitian dalam akuntansi harus lebih dipusatkan pada metode pengukuran dan pelaporan probabilitas data dari pada jumlah-jumlah yang deterministik. Namun demikian, pemakai laporan keuangan yang telah memperoleh informasi, pada umumnya mengandalkan pada beberapa pos dalam laporan keuangan dan memperoleh berbagai pengungkapan yang lebih lengkap jika asumsi-asumsinya tersebut tidak benar.
Selain data kuantitatif yang biasanya disajikan dalam laporan keuangan konvensional, berbagai pihak melihat bahwa penyajian yang lebih rinci mengenai beberapa segmen badan usaha (seperti diversifikasi produk atau geografis dari pertumbuhan normal) atau dari merger-merger dalam perkembangan perusahaan konglomerat dianggap banyak memberikan manfaat. Selain itu tekanan dari pemakai laporan keuangan yang menghendaki pelaporan ramalan keuangan mulai muncul.
Meskipun ramalan-ramalan yang akurat pada titik siklus ekonomi dapat membantu para investor, publikasi mengenai ramalan manajemen secara teratur dapat membantu pengambilan keputusan investasi.
Dengan adanya publikasi ramalan informasi akuntansi keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan, diharapkan pemakai ramalan dapat mengevaluasi keuadaan informasi mengenai industri dan juga asumsi mengenai perubahan-perubahan dalam kondisi ekonomi.
Pengungkapan Informasi Kualitatif
Informasi yang tidak dapat dinyatakan dalam satuan moneter lebih sulit dievaluasi dari segi materailitas dan relevannya. Oleh karena itu seringkali informasi tersebut akan diberi bobot yang beragam oleh mereka yang menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan.
Relevansi dari jenis informasi kualitatif tertentu dapat ditetapkan dari relevansi data kuantitatif yang berkaitan dengannya. Informasi kualitatif akan relevan dan bermanfaat untuk diungkpakan bila informasi tersebut berguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan bila informasi yang bersangkutan dapat menambah nilai informasi secara keseluruhan dan bukan sebaliknya justru mengurangi nilai dengan penyajian katerangan yang terlalu rinci sehingga sulit dianalisis.
Pada umunya terdapat lima macam informasi kualitatif yang perlu diungkapkan terhadap setiap pos dan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, yaitu :
1. Ketidakpastian (Contigencies)
Yaitu peristiwa-peristiwa yang kemungkinan akan terjadi di masa yang akan datang dan mempengaruhi secara material terhadap keadaan keuangan perusahaan. Unsur-unsur ketidakpastian tentang suatu transaksi yang kemungkinan akan terjadi dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Unsur ketidakpastian yang menimbulkan suatu keuntungan, dapat meliputi semua klaim atau hak yang terjadinya belum dapat dipastikan tetapi ada kemungkinan akan menjadi hak milik perusahaan yang sah. Sehingga ketidakpastian yang menimbulkan keutungan ini tidak dicatat sampai dengan transaksi tersebut benar-benar terjadi. Dan dapat diungkapkan sebagai informasi tambahan dari neraca, apabila tingkat kepastiannya cukup besar.
Sebaliknya kemungkinan timbulnya suatu kerugian harus diakui/dicatat dengan dibebankan kepada laba (rugi) periodik dan mengakuinya sebagai hutang. Kadang-kadang suatu kerugian di masa yang akan datang hanya merupakan suatu kemungkinan yang bisa terjadi dan tidak sebagai satu-satunya kemungkinan sehingga adanya suatu hutang (kewajiban) tidak perlu dicatat.
2. Dasar Penilaian dan Kebijakan Akuntansi
Pengungkapan tentang dasar atau metode penilaian yang digunakan perusahaan seperti, metode penilaian persediaan perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
3. Perubahan Akuntansi
Yaitu pengungkapan terhadap perubahan atas kebijakan yang digunakan perusahaan seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO dan sebagainya.
4. Keterikatan dengan Suatu Perjanjian atau Kontrak
Yaitu pengungkapan mengenai adanya pembatasan-pembatasan atau keterikatan dari satu atau lebih aktiva terhadap hutang/kontrak
5. Peristiwa-Peristiwa Kemudian Setelah Tanggal Neraca
Penjelasan tentang suatu kejadian/peristiwa yang (telah terjadi sesudah tanggal neraca) tetapi sebelum laporan keuangan dipublikasikan merupakan informasi penting yang perlu diungkapkan.
Peritiwa yang terjadi setelah tanggal neraca dan sebelum laporan keuangan dipublikasikan antara lain :
a) Peristiwa yang mempengaruhi secara langsung jumlah elemen yang disajikan dalam laporan keuangan.
Peristiwa ini muncul karena pengetahuan yang tidak lengkap selama periode akuntansi dan hasil dari perubahan-perubahan dalam penilaian estimasi baru diperoleh setelah tanggal neraca.
b) Peristiwa yang dapat mengubah secara material validitas penilaian neraca atau hubungan diantara pemegang saham atau yang secara material validitas mempengaruhi manfaat kegiatan yang dilaporkan tahun sebelumnya sebagai prediksi periode berjalan.
Peristiwa ini tidak secara langsung mempengaruhi laporan keuangan periode sebelumnya tetapi dapat mempengaruhi keputusan yang diambil atas dasar laporan tersebut.
c) Kejadian-kejadian yang mungkin mempengaruhi secara material operasi atau penilaian di masa yang akan datang.
Kejadian-kejadian ini memiliki pengaruh yang tidak diketahui atau tidak pasti terhadap pendapatan dan penilaian di masa yang akan datang.
Metode Pengungkapan (Disclosure)
Pengungkapan meliputi keseluruhan proses pelaporan. Namun demikian ada beberapa metode yang berbeda dalam mengungkapkan informasi yang dianggap penting. Pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan pada setiap kasus tergantuing pada sifat informasi yang bersangkutan dan kepentingan relatifnya. Metode yang umum digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bentuk dan susunan laporan yang formal.
2) Terminologi dan penyajian yang terperinci.
3) Informasi sisipan.
4) Catatan kaki.
5) Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul.
6) Komentar dalam laporan auditor.
7) Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komissris.

Hubungan Disclosure dengan Stewardship
Manajemen perusahaan bertanggungjawab (stewardship) atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertnggungjawabkan (stewardship) tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik peruisahaan.
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas maka laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perubahan dengan menerapkan PSAK secara benar diserta pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi :
1) Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk pengambilan keputusan.
2) Dapat diandalkan, dengan pengertian :
a. Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan.
b. Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya saja.
c. Netral yaitu bebas dari keberpihakkan.
d. Mencerminkan kehatian-hatian.
e. Mencakup semua hal yang material.
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan atau tidak. Dalam mempertimbangkan asumsi kelangsungan usha tersbut, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.
Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya peling lama 4 bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.








BAB III
SIMPULAN

Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertnggungjawabkan (stewardship) tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik peruisahaan. Manajemen perusahaan bertanggungjawab (stewardship) atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas maka laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perubahan dengan menerapkan PSAK secara benar diserta pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Tiga konsep pengungkapan dalam laporan keuangan yang umumnya diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pengungkapan yang cukup (Adequate)
Disclosure yang minimal harus ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak menyesatkan.
2. Wajar (Fair Disclosure)
Tersirat tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang merupakan pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.


3. Lengkap (Full)
Berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak tepat.
Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (Adequate).
Metode yang umum digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bentuk dan susunan laporan yang formal.
2) Terminologi dan penyajian yang terperinci.
3) Informasi sisipan.
4) Catatan kaki.
5) Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul.
6) Komentar dalam laporan auditor.
7) Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komissris.
Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya peling lama 4 bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.


TEORI DAN RISET AKUNTANSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk pengembangan sistem akuntansi tentunya perlu pengembangan dari basis teorinya, sehingga sistem akuntansi tersebut bisa lebih bermanfaat bagi pemakainya, lebih mudah mengembangkannya dan lebih mudah lagi dalam memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang yang tentunya berkaitan dengan praktik akuntansi itu sendiri.

Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi. Menurut Webster’s Third New International Dictionary mendefinisikan Teori sebagai suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dibahas. Sedangkan pengertian Akuntansi sendiri salah satunya adalah, proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil kesimpulan atau keputusan bagi pemakainya.

Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

Selain memahami mengenai teori akuntansi kita juga harus dapat memahami mengenai penelitian atau riset akuntansi. Hal ini berguna untuk mencari kebenaran terutama di bidang akuntansi. Hasil riset tersebut merupakan hal yang menjembatani antara fenomena sosial di bidang akuntansi dengan struktur teori akuntansi itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud untuk menyusun makalah dengan mengambil judul “ACCOUNTING THEORY AND ACCOUNTING RESEARCH”

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

  1. Bagaimana Struktur Teori Akuntansi?
  2. Bagaimana Penyusunan dan Perumusan Teori Akuntansi?
  3. Bagaimana Riset Akuntansi?

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat diungkapkan sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui Struktur Teori Akuntansi..
  2. Untuk mengetahui Penyusunan dan Perumusan Teori Akuntansi.
  3. Untuk mengetahui Riset Akuntansi.

1.4. Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu metode studi kepustakan dimana kami menggunakan buku pustaka sebagai sumber dalam pembuatan makalah ini

BAB II

ANALISIS MATERI

2.1. Srtuktur Teori Akuntansi

Batasan teori akuntansi telah didefinisi sebagai pengukuran dan pengkomunikasian data yang menampakkan aktivitas ekonomi yang terdiri dari tiga elemen, yaitu :

1. Data yang menampakkan aktivitas ekonomi.

2. Pengukuran data yang menampakkan aktivitas ekonomi.

3. Komunikasi data yang menampakkan aktivitas ekonomi.

Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa yang akan datang tergantung pada pemahaman teknik akuntansi maupun struktur teori akuntansi. Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling terkait yang menjadi pedoman pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik akuntansi.

Struktur teori akuntansi berisi elemen sebagai berikut :

1. Rumusan Tentang Tujuan Laporan Keuangan.

Tujuan laporan keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori akuntansi. Tujuan laporan keuangan yang umum adalah untuk memberikan informasi keuangan kepada para pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan. Standar Akuntansi Keuangan merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai berikut :

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.”

2. Rumusan Tentang Postulat yang Dirumuskan dari Tujuan Laporan Keuangan

Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenaraannya sendiri atau disebut aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya, yang menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologi, dan hukum dari suatu lingkungan di mana akuntansi tersebut beroperasi.

a. Postulat Entitas

Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulat memungkinkan akuntan membedakan antara transaksi bisnis dan individu, akuntan melaporkan transaksi perusahaan, bukan transaksi pemilik perusahaan.

b. Postulat Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat ini mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu.

c. Postulat Unit Pengukur (Postulat Unit Of Measure)

Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang sama. Pengukur umum yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Postulat ini menimbulkan 2 keterbatasan akuntansi :

1. Akuntansi terbatas pada pemberian informasi yang dijabarkan dalam ukuran moneter (uang), tidak mencatat informasi relevan lainnya yang sifatnya nonmoneter.

2. Terkandung dalam unit moneter itu sendiri yang sifatnya atau nilainya berfluktuasi karena tergantung kepada kemampuan daya belinya.

d. Postulat Periode Akuntansi

Postulat periode akuntansi menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahaan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.,

3. Konsep Teoritis Akuntansi yang Berhubungan dengan Asumsi-Asumsi dan Sifat-Sifat Akuntansi.

Konsep Teoritis Akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang juga sudah dietrima umum karena kesesuainnya dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai oleh adanya pengakuan pada pemilikan pribadi.

4. Rumusan Prinsip Akuntansi Utama yang Didasarkan pada Postulat dan Konsep Teoritis Sebelumnya.

Prinsip (dasar) akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat-postulat akuntansi dan konsep teoritis akuntansi yang menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua asumsi dasar, yaitu :

a. Dasar Akrual

Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan pengakuan transaksi didasarkan pada kejadian atau peristiwa bukan didasarkan pada transaksi kas.

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity yang dimaksud akan terus melanjutkan usahanya, dalam asumsi dasarnya tidak ada maksud untuk melakukan likuidasi.

5. Standar atau Teknik Akuntansi Sebagai Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Sesuai Kebutuhan Para Pemakai, yang Dirumuskan dari Prinsip Akuntansi yang Utama.

Standar (teknik) Akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari Prinsip Dasar Akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity), organisasi atau perusahaan.

2.2. Penyusunan dan Perumusan Teori Akuntansi

Teori akuntansi seharusnya merupakan hasil proses penyusunan dan juga pembuktian teori. Suatu teori akuntansi harus dapat menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi yang ada. Tetapi cara berpikir tersebut belum diikuti secara sempurna dalam akuntansi. Saat ini ada dua pendekatan dalam perumusan teori akuntansi, yaitu pendekatan tradisional, yang mana praktik dan pembuktian akuntansi memiliki arti yang sama, sedangkan pendekatan yang baru, merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyajikan pembuktian teori yang logis dan empiris.

Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi teori akuntansi sebagai berikut:

1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi dalam menyusun standarnya.

2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.

3. Menentukan batas dalam hal melakukan judgement dalam menyusun laporan keuangan.

4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan menurut Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut :

1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktik akuntansi.

2. Memberikan pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi yang baru.

Eldon S. Hendrikson (1970) mendefinisikan teori sebagai suatu set proporsi termasuk aksioma, teorema bersama definisi dan peraturan, kesimpulan formal dan informal yang diarahkan untuk menjelaskan suatu gabungan fakta atau kelompok kegiatan konkret atau yang abstrak. Sedangkan menurut Hendriksen teori adalah satu set susunan hipotesis, konsep, dan prisip pragmatis yang membentuk kerangka umum referensi untuk satu bidang yang dipertanyakan.

Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu sistem yang komprehensif dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa elemen, yaitu : postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar dan prosedur atau metode-metode.

2.3. Sifat Dasar Teori Akuntansi

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi.

Pada awalnya harus diakui bahwa tidak ada teori akuntansi yang komprehensif. Bahkan terdapat teori-teori yang berbeda dan berkembang, yang disajikan dalam sejumlah literatur. Banyak teori-teori yang muncul karena dipakainya beberapa pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi.

Perbedaan ini menyebabkan American Accounting Association’s Committee on Concepts and Standard for External Reports menyebutkan bahwa :

1. Tidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan memenuhi keinginan semua keadaan dan waktu dengan efektif.

2. Didalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.

McDonald berargumen bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen, yaitu :

1. Menyandikan fenomena ke penyajian secara simbolis.

2. Manipulasi atau gabungan sesuai dengan peraturan.

3. Menerjemahkan kembali ke fenomena yang sesunggunhnya.

Untuk perumusan teori akuntansi memang tidak dapat hanya mengandalakn teori akuntansi saja, tetapi harus menggunakan literatur dan disiplin ilmu lain yang relevan. Namun teori akuntansi merupakan instrumen yang sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk disajikan kepada para pemakainya.

2.3. Metodologi-Metodologi dalam Penyusunan Teori Akuntansi

Sebagaimana bidang ilmu lainnya, suatu metodologi juga diperlukan dalam penyusunan teori akuntansi. Perbedaan opini, pendekatan, dan penilaian diantara praktik dan penelitian akuntansi menyebabakan munculnya berbagai metodologi. Dari berbagai pendapat dan praktik, Belkaoui dan Godfrey mengemukakan ada beberapa metode yang dikenal dalam suatu literatur, diantaranya :

1. Metode Deskriptif (Pragmatic)

Dalam metode ini akuntansi dianggap sebagai seni yang tidak dapat dirumuskan dan karenanya metode perumusan teori akuntansi harus bersifat deskriptif atau menjelaskan.

2. Psychological Pragmatic

Metode ini mengamati pemakai laporan keuangan terhadap output akuntansi tersebut (laporan keuangan) yang disusun dari berbagai aturan, standar prinsip atau pedoman. Jika terdapat reaksi maka dianggap bahwa akuntansi dapat bermanfaat secara relevan. Tetapi bisa saja terjadi reaksi yang tidak logis dari pengguan laporan keuangan sehingga bukan saja reaksi itu yang disebabkan oleh laporan keuangan.

3. Metode Normatif

Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti serta tidak memperdulikan apakah berlaku dipraktik sekarang atau tidak.

4. Metode Positif

Yaitu suatu metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau diterima umum. Berdasarkan metode ini maka dirumuskan problem penelitian untuk mengamati perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada dalam teori. Para pendukung metode ini, menyebutkan bahwa metode ini digolongkan sebagai metode ilmiah, karena menggunakan peraturan yang terstruktur dan data empiris yang objektif dan model statistik matematis yang bersifat logik.

2.5. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyusunan dan Perumusan Teori Akuntansi

Dalam literatur dikenal beberapa pendekatan di dalam merumuskan teori akuntansi. Belkaoui memberikan penjelasan tentang pendekatan dalam perumusan teori akuntansi sebagai berikut :

I. Pendekatan Informal, yang dibagi dalam :

a. Pragmatis, praktis (nonteoritis)

Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis.

b. Pendekatan otoritarian dalam penyusunan teori akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi. Karena pendekatan ini juga berupaya untuk menyajikan solusi praktik, maka pendekatan ini dapat secara mudah diidentifikasikan sebagai pendekatan pragmatis.

Kedua pendekatan ini barasumsi bahwa teori akuntansi dan teknik-teknik yang dihasilkan harus didasarkan kepada pemanfaatan secara maksimal laporan keuangan, apabila akuntansi diharapkan memiliki fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk.

II. Pendekatan Toeritis, yang dibagi kedalam :

a. Pendekatan deduktif

Dalam penyusunan taori akuntansi, dimulai dengan adanya asumsi-asumsi dasar dan hasil penarikan konklusi yang bersifat logis tentang suatu sebjek dengan sejumlah pertimbangan..

Tahap-tahap yang digunakan untuk menjalankan pendekatan deduktif terdiri dari :

1. Penetapan tujuan-tujuan pelaporan keuangan.

2. Pemilihan dalil-dalil akuntansi.

3. Penentuan prinsip-prinsip akuntansi.

4. Pengembangan teknik-teknik akuntansi.

b. Pendekatan Induktif

Dalam penyusunan teori akuntansi pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan, kemudian pengukuran dan selanjutnya aktivitas untuk memperoleh suatu konklusi. Argumentasi induktif membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus ke suatu bentuk yang bersifat umum.

Tahap-tahap pendekatan induktif dalam penyusunan teori akuntansi :

1. Mengumpulkan semua observasi.

2. Analisis dan golongan observasi berdasarkan hubungan yang berulang-ulang dan sejenis, seragam serta mirip.

3. Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi yang menggambarkan hubungan secara berulang.

4. Kesimpulan umum diuji kebenarannya.

c. Pendekatan Etik.

Dalam pendekatan ini digunakan konsep kewajaran, keadilan, pemilikan dan kebenaran. Pendekatan ini diperkenalkan oleh D.R.Scott. Beliau mendefinisikan keadilan sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, kebenaran sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interpretasi, dan kewajaran sebagai penyajian yang wajar, tidak bias, serta tidak memihak.

d. Pendekatan Sosiologis.

Menekankan pada akibat-akibat sosial yang ditimbulkan teknik-teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan perluasan dari konsep etik dan yang menjadi perhatian adalah kesejahteraan seluruh masyarakat bukan saja pemilik. Menurut konsep ini, prinsip akuntansi dinilai dari penerimaan seluruh pihak terhadap laporan keuangan, khususnya yang melaporkan tentang dampak perusahaan terhadap masyarakat.

e. Pendekatan Makro Ekonomi.

Pendekatan ini menekankan kepada kontrol perilaku indikator makro ekonomi yang menghasilkan perumusan teknik akuntansi. Dari pendekatan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Teknik dan kebijaksanaan akuntansi harus dapat menggambarkan realitas ekonomi.

2. Pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi ekonomis.

f. Pendekatan Eklektif.

Merupakan suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun organisasi pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam akuntansi.

2.6. Riset Akuntansi

Riset akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang sudah ada lebih dari seratus tahun yang lalu. Riset Akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran di bidang akuntansi. Hasil dari riset akuntansi ini merupakan penyambung antara fenomena sosial di bidang akuntansi dengan struktur teori akuntansi. Dimana fenomena sosial tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk “statement ilmiah” sehingga menjadi teori.

Proses mencari kebenaran dimulai dengan cara dogamtis dimana kebenaran berasal dari orang atau pihak ataupun lembaga yang diberi dan diyakini memiliki otoritas untuk menetapkan kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan menggunakan cara normatif dengan menggunakan logika ilmiah, serta pemikiran yang sehat. Dari cara normatif ini berkembang lagi sehingga kemudian menggunakan metode empiris dengan titik berat melihat pada kenyataan yang ada dilapangan yaitu fenomena sosial.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Metode-metode ini tergantung kepada suatu problem atau masalah penelitian yang akan dibahas. Tentunya akan berbeda antara metode penelitian untuk ilmu eksakta dengan metode penelitian untuk ilmu sosial. Tetapi dalam ilmu sosial pun memiliki perbedaan metode penelitian. Bahkan dalam ilmu akuntansi pun ada beberapa metode yang akan dipakai dalam suatu penelitian.

Dari perbedaan metode yang digunakan diatas, maka secara garis besar ada tiga cara yang dipilih, yaitu :

1. Metode Kuantitatif

Yaitu metode yang menggunakan rumus-rumus statistik dalam mengidentifikasi dan mengolah variabel yang muncul dari suatu problem atau masalah yang akan dijawab.

2. Metode Kualitatif

Yaitu menggunakan narasi dan penguraian tentang variabel yang akan dibahas tanpa harus melakukan pengukuran terlebih dahulu.

3. Metode Campuran antara Kuantitatif dan Kualitatif

Metode ini menggambungkan dari dua metode diatas, yaitu sebagian menggunakan metode kualitatif dan sebagian lagi menggunakan metode kuantitatif.

2.7. Proses Penelitian Ilmiah

Suatu teori dilahirkan dari berbagai kegiatan dan tahap penelitian. Metode berbeda dengan metodologi. Dimana metode adalah cara melakukan penelitian sedangkan yang dimaksud dengan metodologi adalah ilmu yang mendasari metode tersebut. Keabsahan dari suatu metode yang digunakan akan sangat menentukan apakah hasil riset tersebut dapat diakui sebagai ilmiah atau tidak.

Ada seorang peneliti yaitu Nachimas dan Nachimas (1981) menyatakan bahwa :

“Ilmu bukanlah badan atau struktur ilmu yang bersifat khusus atau umum, dan ilmu menyatu bukan disatukan oleh masalah atau topiknya melainkan oleh metodologinya.”

Nachimas dan Nachimas (1981) juga mendefinisikan :

“Metodologi ilmiah adalah suatu sistem dari prosedur dan peraturan yang eksplisit berdasarkan atas suatu riset yang dilakukan dan ilmu pengetahuan yang dinilai.”

masalah pilihan ekonomis.

BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan uraian makalah tersebut diatas maka penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

v Struktur Teori Akuntansi berisi elemen-elemen :

a. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.

b. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan

c. Konsep teoritis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat akuntansi. Postulat dan konsep teoritis ini dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.

d. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan konsep teoritis yang tercantum sebelumnya.

e. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip akuntansi utama.

v Teori Akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan anatara varibel yang satu dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

v Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi teori akuntansi sebagai berikut:

  1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi dalam menyusun standarnya.

2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.

3. Menentukan batas dalam hal melakukan judgement dalam menyusun laporan keuangan.

4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan menurut Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut :

1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktik akuntansi.

  1. Memberikan pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi yang baru.

v Riset Akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran di bidang akuntansi. Hasil dari riset akuntansi ini merupakan penyambung antara fenomena sosial di bidang akuntansi dengan struktur teori akuntansi. Dimana fenomena sosial tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk “statement ilmiah” sehingga menjadi teori.