Senin, 11 Juli 2011

Rasio Keuangan

BAB I
PENDAHULUAN


Pada dasarnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang dilihat dari kinerja manajemen. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
Mereka yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos laporan posisi keuangan akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Sedangkan analisa terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang hasil atau pekembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya digunakan sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan, dimana dari hasil penilaian tersebut pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan akan mengambil keputusan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Analisis mengenai keadaan perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : analisis horizontal, analisis vertical, common-sie statements, industry comparison, statement of cast flows dan financial ratio. Nilai perusahaan terdiri atas dua komponen, yaitu aset yang dimiliki (asset in place) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities). Aset yang dimiliki dan kesempatan bertumbuh proporsinya berbeda tergantung pada tahap siklus kehidupan perusahaan. Untuk mengukur nilai perusahaan dapat digunakan proksi Investment Opportunity Set (IOS). Ada beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur IOS yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu proksi berbasis harga, proksi berbasis investasi dan variance measure.
Proksi berbasis harga mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan sehingga proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi berbasis harga adalah (1) rasio pasar terhadap nilai buku modal; (2) rasio buku terhadap nilai pasar harta; (3) Tobin’q; (4) rasio Laba terhadap Harga; (5) rasio Nilai Perusahaan terhadap property, peralatan dan perlengkapan; (6) rasio Nilai perusahaan terhadap penyusutan; (7) rasio nilai pasar terhadap modal dan nilai buku terhadap hutang; (8) Deviden; (9) return on equity (ROE); (10) rasio Pendapatan bukan bunga terhadap total pendapatan.
Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Proksi IOS berbasis investasi adalah (1) rasio Riset dan pengembangan terhadap harta; (2) rasio Riset dan pengembangan terhadap penjualan; (3) rasio Belanja modal terhadap nilai buku harta; (4) rasio Investasi terhadap penjualan bersih; (5) rasio Modal lainnya terhadap nilai buku harta; (6) rasio inverstasi terhadap laba; (7) Rasio nilai perusahaan.
Proksi berbasis variance mendasarkan pada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan aset. Proksi berbasis variance adalah variance return, beta asset dan variance of asset deflated sales.


BAB II
PEMBAHASAN


Pada tahapan siklus kehidupan yang berbeda, IOS dan rasio-rasio akuntansi keuangan seperti rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas juga tidak sama nilainya. Keterkaitan antara IOS dan rasio-rasio keuangan tersebut dalam siklus kehidupan perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan pada tahap siklus kehidupan perusahaan (Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigman : 2000). Perspektif kinerja keuangan merupakan tujuan akhir perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan atau adanya tujuan bersama (goal congruen).
Pemakai laporan keuangan meliputi manajemen, pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah dan pihak atau lembaga tertentu. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001 : 120-122) bahwa para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya :
“1. Manajer : manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada 1001 masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos laporan posisi keuangan (asset, utang dan modal), laba atau rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break ever, laba kotor;
2. Pemegang saham : pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajer yang diberikan amanah. Ia juga ingin mengetahui jumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba ditahan. Begitu juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dan perusahaan tertentu. Dari informasi ini, pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya. Semua tergantung pada simpulan yang diambil dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan tertentu;
3. Investor : investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial, ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan”.

2.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Secara umum, analisis diketahui sebagai suatu proses memilah-milah bagian dari keseluruhan suatu kesatuan. Proses memilah-milah itu dilakukan untuk mengetahui hubungan bagian-bagian tertentu terhadap keseluruhannya dan menginterpretasikan juga menjelaskan suatu hal. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001 : 189) : “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”.
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Apabila informasi ini disajikan dengan benar maka informasi itu akan berguna bagi pengambilan keputusan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001 : 190) :
“Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau juga mempunyai makna antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dan proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

Kegunaan analisis laporan keuangan ini berfungsi untuk memproses data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan analisis tertentu. Gambaran sederhana proses data menjadi informasi :




Gambar 2.1.
Proses Data Menjadi Informasi












Sofyan Syafri Harahap (2001 : 191)
Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan kecenderungan atau trend untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan pos-pos dalam laporan keuangan dari beberapa periode yang berbeda. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Penganalisis harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan kemudian menganalisis dan mene interpretasikan sehingga data yang ada menjadi lebih berarti.
Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal adalah analisis dengan melakukan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga dapat diketahui perubahan atau perkembangannya. Analisis horizontal ini disebut pula sebagai metode analisa dinamis. Analisis vertikal adalah analisis terhadap laporan keuangan dalam satu periode saja, dimana analisis dilakukan dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui kondisi keuangan pada periode tertentu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis statis karena kesimpulan yang diperoleh hanya untuk periode tertentu saja tanpa mengetahui perubahan atau perkembangannya.
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Analisis pembandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio
e. Persentase dari total.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangan, apakan menunjukan tendensi tetap, naik, atau bahkan turun.
3. Laporan dengan persentase per komponen atau commonsize statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cashflow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan posisi keuangan atau lapran laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari satu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut.
8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

2.1.1. Rasio Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi menandakan kesempatan bertumbuh perusahaan cenderung rendah. Hal ini dikarenakan oleh lebih banyak aktiva lancar yang ada di perusahaan dibandingkan dengan aktiva tetapnya. Aktiva tetap juga mengalami penurunan nilai dikarenakan oleh adanya faktor penurunan ekonomi atau depresiasi. Pada tahap ini juga banyak aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dijual oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Munawir (2002) menunjukkan hasil yang signifikan antara likuiditas dengan kesempatan bertumbuh perusahaan.
Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antarperusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang. Hubungan antara profitabilitas dan Investment Opportunity Set (IOS) yang dilakukan pengujiannya oleh Al Najjar dan Belkaoui (2001) serta Lestari (2004) menunjukkan hasil yang signifikan positif. Penelitian yang dilakukan oleh Pagalung (2002) antara likuiditas dengan IOS tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Besarnya perbandingan/rasio terbaik antara aktiva lancar dengan utang lancar adalah sekitar 2:1. Namun demikian, angka tersebut tidaklah mutlak. Besarnya ratio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan keuangan masing-masing.
Metode ini mencari keadaan likuiditas dan investasi perusahaan dalam aktiva pertumbuhan produksinya. Investasi perusahaan dalam aktiva, seperti persediaan, bangunan pabrik, dan tanah memberikan kekuatan kepada perusahaan tersebut untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Meningkatnya investasi biasanya akan menghasilkan pertumbuhan. Hal tersebut juga menurunkan likuiditas karena penggunaan kas yang ada dan penggunaan aktiva jangka pendek atau menambah utang perusahaan. Pertukaran (trade-off) antara likuiditas dan investasi dalam pertumbuhan, telah sesuai dengan kebijakan keuangan dan seluruh strategi, serta berguna dalam analisis persaingan.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1 bulan
b. One month maturity mismatch ratio
c. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-LDR)
d. Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antarperusahaan dan deposan inti
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management-ALMA)
g. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)

2.1.2. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Rasio likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek saat ditagih.
Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan menajemen sebagaimana ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Pertumbuhan profitabilitas ini ditandai dengan perubahan profit margin on sales. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat biaya rendah yang akhirnya akan menghasilkan laba yang tinggi. Dengan semua rasio profitabilitas, perbandingan dari sebuah perusahaan dengan perusahaan serupa dapat dinilai dengan pasti. Hanya dengan melakukan perbandingan dapat menilai apakah profitabilitas dari suatu perusahaan baik atau jelek.
Rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan hubungan timbal balik (reciprocal) antara pos-pos biaya, serta jumlah biaya yang dikeluarkan dengan pos-pos lainnya dalam laporan laba rugi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan juga untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva untuk mendapatkan keuntungan.
Penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Pengembalian atas aktiva (return on assets¬-ROA)
b. Pengembalian atas ekuitas (return on equity-ROE)
c. Margin bunga bersih (net interest margin-NIM)
d. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
e. Pertumbuhan laba operasional
f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
h. Prospek laba operasional
2.1.3. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang) apabila sekiranya pada saat tersebut perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas yaitu rasio yang digunaan untuk mengukur kemampuan Perusahaan dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal perusahaan dalam mendukung kegiatan perusahaan secara efisien. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat untuk melihat kekayaan perusahaan dan untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutanghutangnya. Para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi keuangan jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan kondisi keuangan jangka panjang. Solvabilitas menunjukkan proporsi atas penggunaan uang sebagai modal untuk membiayai aktiva perusahaan yang berasal dari modal pemilik atau modal pinjaman.
Perusahaan dengan rasio utang yang relatif tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi mereka menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian berada dalam masa resesi. Dilihat dari rasio modal asing (pinjaman) dengan total aktiva, semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang digunkan untuk membiayai aktiva perusahaan, kalau rasio 75% berarti 25% aktiva perusahaan dibiayai dari modal sendiri. Dengan proporsi penggunaan hutang (modal pinjaman) yang tepat maka aktiva perusahaan dapat dibiayai secara efisien sehingga dapat memaksimalkan nilai laba perusahaan.
Dalam mengadakan analisa dan penilaian posisi keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan analisa ratio. Salah satu analisa ratio tersebut adalah ratio sovabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban jangka panjangnya apabila sekiranya perusahaan tersebut dilikuidasi.
Suatu perusahan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya,berati perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.Bagi para kreditur jangka panjang atau pemegang saham ,kondisi keuangan jangka panjang memiliki arti yang penting,karena betapapun baiknya kondisi keuangan jangka pendek tidak menjamin bahwa akan tetap baik juga dalam jangka panjang.
Tujuan dari analisa ini :
a. Untuk mengetahui kondisi keuangan
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi solvabilitas.

2.1.4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah digunakan secara optimal. Efektivitas pemanfaatan aktiva oleh manajemen dapat dianalisis dalam hubungannya dengan tingkat laba, yang dirumuskan dengan berbagai jenis cara tentang bagaimana aktiva dipakai untuk mengusahakan dan memperoleh laba. Rasio aktivitas juga menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu. Turn over modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya turn over prsediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Hal ini mengakibatkan penurunan penjualan sehingga laba tidak maksimal. Kemampuan perusahaan untuk mengelola aktiva secara tepat akan memaksimalkan laba.
Hendrikson (1989) dalam Sundjaja (2002) menyatakan : Informasi laba mempunyai tujuan utama yaitu member informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepntingan dengan laporan keuangan, diantaranya adalah investor, kreditur, manajemen, pemerintah dan karyawan. Tujuan yang lebih khusus lagi adalah penggunaan laba sebagai alat pengukur efisiensi manajemen untuk meramal keadaan uasaha dan distribusi dividen di masa yang akan dating, sebagai pengukur keberhasilan perusahaan, serta sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan manajerial.
Pihak internal perusahaan yang paling berkepentingan dengan informasi laba adalah manajemen perusahaan. Informasi tersebut digunakan oleh mereka untuk membantu membuat keputusan manajerial serta mengevaluasi prestasi kinerja manajemen perusahaan. Bagi pihak eksternal, dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam berinvestasi di perusahaan tersebut. Informasi laba merupakan alat untuk mengestimasi arus kas yang akhirnya dapat digunakan untuk mengestimasi nilai saham perusahaan, yang dapat diartikan bahwa besarnya dividen yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa prediksi laba yang akan diterima perusahaan akan sangat diperlukan.

2.2. Tinjauan Mengenai Analisis laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 297) rasio keuangan adalah : “Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.
Kemudian menurut Peter M. Bergevin (2002:96) rasio keuangan adalah : “Ratio is quotient of one number divided by another numerical value expressed as afraction. Ratio describe the relationship between two (or more) financial statement disclosure”.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan angka lain. Analisis ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis baik buruknya keadaan keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan rasio pembanding. Karena suatu ukuran keuangan apabila berdiri sendiri tidaklah banyak berarti, tetapi untuk mendapatkan gambaran yang baik dari analisis rasio ini maka dalam melakukan perbandingan diantara pos-pos yang saling berhubungan haruslah dilakukan dengan tepat dan sehingga dapat memberikan gambaran yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Analisis rasio merupakan alat analisis yang bersifat future oriented, oleh karena itu seorang analisis harus mampu untuk dapat menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode berjalan dengan yang ada di masa akan datang, yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan sehingga dengan demikian manfaat suatu analisis rasio tergantung pada kemampuan interpretasi analisis. Analisis rasio juga merupakan salah satu alat pokok yang diergunakan dalam menilai suatu keadaan operasi perusahaan yang ditunjukkan oleh pos-pos atau sekelompok pos dari suatu daftar laporan posisi keuangan dan laba rugi perusahaan disuatu saat tertentu. Adapun perlu diingat bahwa rasio-rasio bukanlah merupakan alat yang pasti untuk memberikan jalan keluar dari masalah-masalah finansial yang sedang dihadapi perusahaan.
Efektifitas penggunaan rasio keuangan bergantung pada tolak ukur untuk menyatakan sehat atau tidaknya perusahaan. Pada dasarnya dalam melakukan analasis rasio bisa digunakan dua macam pembanding, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio waktu yang lalu (historical ratio) atau dengan yang dapat diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara ini dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun-ke tahun.
2. Membandingkan rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan rasio perusahaan yang sama dengan perusahaan lain yang sejenis atau rasio standar untuk waktu yang sama. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada diatas rata-rata industri atau berada dibawahnya.
Ditinjau dari sumbernya suatu rasio dibuat maka di golongkan ke dalam 3 golongan yaitu:
1. Balance sheet ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan posisi keuangan.
2. Income statement ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi.
3. Inter statement ratio yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.
Analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 298) keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.
5. Menstandarisasi size perusahaan.
6. Lebih mudah memeperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Dikemukakan pula oleh Sofyan Syafri Harahap (2004 : 298) disamping memiliki keunggulan analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan yang harus disadari agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan rasio keuangan adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak mengandung tafsiran atau judgement yang dapat dinilai bias atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai yang perolehannya bukan dengan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bisa diterapkan berbeda-beda oleh perusahaan yang berbeda-beda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama.






















BAB III
STUDI KOMPARASI


Dr. Ernst masih menerapkan konsep ini lebih banyak lagi bagi manajemen dari portofolio investasi, mengembangkan Pertumbuhan, Likuiditas dan Metode Profitabilitas dari perimeter investasi. Detil dari metode tersebut diluar jangkauan makalah ini, tetapi fakta bahwa pertumbuhan/likuiditas laporan posisi keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan penjualan dan keuntungan seperti yang tercermin dalam harga persediaan untuk sebuah portofolio dari pinjaman persediaan yang direkomendasikan, bila akan menggunakan metode ini dalam pengelolaan keuangan dan ketentuan strategi persaingan dalam perusahaan yang sama. Petunjuk :
1. Ubahlah struktur laporan posisi keuangan untuk menciptakan sebuah laporan posisi keuangan pertumbuhan/likuiditas. Pertama, gabungkan semua persediaan dalam aktiva jangka panjang pada sisi pertumbuhan. Kurangkan jumlah ini dari pemegang saham (Laba yang ditahan ditambah modal saham), untuk menyatakan sebuah pertumbuhan surplus atau defisit, dan kemampuan perusahaan dalam menginvestasikan aktiva pertumbuhan produksi tambahan.
2. Kurangkan seluruh utang lancar dan utang jangka panjang dari aktiva keuangan (seperti kas dan piutang-piutang). Perbedaannya merupakan likuiditas operasi. Ubahlah struktur laporan posisi keuangan dengan pertumbuhan di sebelah kiri dan likuiditas di sebelah kanan. Karena ini menggunakan seluruh informasi laporan posisi keuangan, laporan posisi keuangan yang baru akan tetap seimbang. Aktiva pertumbuhan dan likuiditas operasi sama dengan modal pemegang saham.
3. Lihatlah kecenderungan aktiva pertumbuhan dan likuiditas operasi sebagai petunjuk kesehatan keuangan perusahaan atau untuk mengantisipasi kebiasaan di masa datang. Misalnya, bila laporan posisi keuangan IBM tahun 1979 dan 1980 telah dianalisis, likuiditas operasinya turun dari $-4,4 miliar menjadi $-6,5 miliar. Perbedaan sebesar $2,1 miliar dihitung sebagai bagian dari investasi berat dalam aktiva fisik dan sebagai bagian sebuah kegagalan untuk menghitung sepenuhnya sebagai inflasi. Pada periode ini pertumbuhan IBM berada di tingkat yang tidak berlanjut berdasarkan pada pertumbuhan/likuiditas laporan posisi keuangan.
4. Wawasan tambahan dapat diperoleh dengan membuat kurva operasi. Ini merupakan hubungan antara perubahan tahunan dalam likuiditas operasi terhadap perubahan tahunan dalam aktiva perubahan produksi.
Persiapkan laporan posisi keuangan pertumbuhan/likuiditas untuk sekurang-kurangnya lima tahun (gunakan langkah 1 sampai 3). Gunakan jumlah dari aktiva pertumbuhan yang berturut-turut untuk menghitung perubahan persentase tahunan : (YR2/YR1)-1. Juga hitung perubahan persentase tahunan dalam likuiditas operasi. Kemudian dari setiap perubahan persentase tahunan ini kedalam aktiva pertumbuhan dan likuiditas dengan angka penjualan untuk tahun-tahun terakhir untuk menormalkannya terhadap penjualan : [(YR2/YR1)-1]/YR2 penjualan.
Tempatkan angka-angka ini pada sebuah grafik dengan angka modal investasi pada sumbu datar dan angka likuiditas operasi pada sumbu tegak. Buat garis regresi persegi paling kecil (least squares regression line) ke titik data untuk menjadikan sebuah garis dengan sudut menurun. Garis yang membentuk sudut ini mencerminkan pertukaran antara pertumbuhan aktiva dan likuiditas untuk perusahaan khusus (dan memberikan petunjuk mengenai kebiasaan manajemen). Misalnya; sudut -1,0 menunjukkan bahwa utang tumbuh dua kali lebih cepat dari kekayaan, diperkirakan tidak ada perubahan yang berkelanjutan dalam kas dan piutang-piutang.
Catatan: Kurva operasi akan diganti dengan kenaikan dalam salah satu rasio: laba yang ditahan terhadap penjualan atau modal investasi terhadap penjualan.







BAB IV
KESIMPULAN


Analisis rasio merupakan alat analisis yang bersifat future oriented, oleh karena itu seorang analisis harus mampu untuk dapat menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode berjalan dengan yang ada di masa akan datang, yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan sehingga dengan demikian manfaat suatu analisis rasio tergantung pada kemampuan interpretasi analisis. Analisis rasio juga merupakan salah satu alat pokok yang diergunakan dalam menilai suatu keadaan operasi perusahaan yang ditunjukkan oleh pos-pos atau sekelompok pos dari suatu daftar laporan posisi keuangan dan laba rugi perusahaan disuatu saat tertentu. Adapun perlu diingat bahwa rasio-rasio bukanlah merupakan alat yang pasti untuk memberikan jalan keluar dari masalah-masalah finansial yang sedang dihadapi perusahaan.
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh temponya dalam waktu sampai dengan satu tahun) dari aktiva lancarnya.
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal perusahaan dalam mendukung kegiatan perusahaan secara efisien. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat untuk melihat kekayaan perusahaan dan untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen perusahaan tersebut.
Rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan hubungan timbal balik (reciprocal) antara pos-pos biaya, serta jumlah biaya yang dikeluarkan dengan pos-pos lainnya dalam laporan laba rugi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan juga untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva untuk mendapatkan keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA


Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting, Edisi 7. Yogyakarta : BPFE.

Dahlan Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE.

Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan I. Jakarta : Erlangga.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigman. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Penerjemah A.Q Khalid. Jakarta : Erlangga.

www.google.com/jurnal-jurnal-penelitian.php/login/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar